tag:blogger.com,1999:blog-17042311729672717112024-03-14T11:15:09.113+07:00PENDOPO DIALOGCompassion and Liberationspace for the othershttp://www.blogger.com/profile/16973648012926509281noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-1704231172967271711.post-27474256905729673702009-01-25T22:12:00.003+07:002009-01-25T22:39:49.904+07:00Mengintip Bach, Beethoven, Mozart ....Dengan rasa kagum sejarah mengabadikan nama<br />komponis-komponis agung seperti Bach, Handel, Haydn,<br />Mozart, Beethoven, Schubert dan lain-lain. Mereka<br />adalah jenius yang menghasilkan musik yang memberi<br />rasa indah kepada hati umat untuk berabad-abad<br />lamanya.<br /><br />Mungkin kita menduga bahwa sebagai jenius mereka<br />dengan mudah menghasilkan karya-karya besar. Dugaan<br />itu keliru. Karya mereka bukan lahir begitu saja,<br />melainkan melalui banyak pergumulan belajar dan<br />berdoa. Marilah kita mengintip pergumulan mereka.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">JOHANN SABASTIAN BACH (1685-1750)</span> sudah menjadi yatim<br />piatu pada usia sembilan tahun, justru pada saat ia<br />belajar mengembangkan minatnya pada musik. Tetapi Bach<br />berkemauan keras. Ia membaca buku hanya dengan sinar<br />bulan yang masuk ke jendela kamarnya. Ia tidak segan<br />berjalan kaki sejauh puluhan bahkan ratusan kilometer<br />selama berhari-hari untuk bisa mendegarkan konser<br />organ. Sebelum mengarah sebuah lagu, lama Bach berdiam<br />diri ... lalu di kertas kosong yang akan digunakannya<br />ia menulis : J.J. (Jesu Juva, artinya Yesus, tolonglah<br />saya) Kemudian kalau sudah selesai pada bagian akhir<br />kertas itu Bach menulis : S.D.G. (Soli Deo Gloria,<br />artinya Kemuliaan bagi Allah). Bach mengagumi Daud<br />yang memberikan tempat yang penting pada nyanyian dan<br />musik dalam ibadah. Dalam Alkitabnya, di bawah 1<br />Tawarikh 25, Bach mencatat :"Musik adalah buah Roh<br />Kudus." Bach juga sangat terkesan pada 2 Tawarikh<br />5:13-14 "Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu<br />serentak memperdengarkan paduan suaranya ... Pada<br />ketika itu rumah Tuhan dipenuhi awan ... kemuliaan<br />Tuhan memenuhi rumah Allah."<br /><br /><span style="font-weight:bold;">GEORGE FREDERIC HANDEL </span>(1685-1759) mempunyai cara lain<br />dalam pergumulan mencari ilham. Untuk mengarang sebuah<br />oratorium Handel mengurung diri selama berhari-hari di<br />kamarnya. Ia tidak mau bertemu dengan siapapun. Pada<br />suatu hari ia pernah keluar dari kamarnya memegang<br />kertas-kertas berisi karyanya sambil menangis dan<br />berteriak, "Saya telah melihat sorga, saya telah<br />melihat Tuhan!"<br /><br /><span style="font-weight:bold;">FRANZ JOSEPH HAYDN </span>(1732-1809) lahir dalam keluarga<br />miskin di desa di pedalaman Austria. Ia mencari nafkah<br />dengan jalan menjadi pemain biola di depan restoran.<br />Baru kemudian hari ia bekerja sebagai musikus di<br />rumah-rumah bangsawan. Haydn dijuluki "Bapak segala<br />simfoni", sebab ia mengarang begitu banyak simfoni.<br />Sebelum ia mengarang suatu simfoni, ia lebih dulu<br />bertelut di depan pianonya dan meneduhkan diri. Ia<br />pernah menjelaskan, "Dalam keteduhan seperti itulah<br />saya meminta bakat yang diperlukan untuk bisa<br />memuliakan Tuhan dengan pantas."<br /><br /><span style="font-weight:bold;">WOLFGANG AMADEUS MOZART</span> (1756-1791) belajar piano pada<br />usia empat tahun, dan pada usia enam tahun ia sudah<br />bermain konser. Segala sesuatu berjalan begitu cepat<br />dalam hidup Mozart. Ia melejit ke atas sebagai pemusik<br />yang paling populer di Austria. Banyak orang jadi<br />penggemarnya, tetapi banyak juga yang membenci dan iri<br />kepadanya. Pernah Mozart menulis kepada ayahnya, "Papa<br />jangan khawatir, saya dipelihara Tuhan. Saya sering<br />takut Tuhan marah ..., tetapi saya merasakan kemurahan<br />hati dan kelemah-lembutan Tuhan." Mungkin karena<br />merasakan kemurahan Tuhan, maka Mozart bermurah hati<br />kepada banyak orang. Ketika rekannya sakit, Mozart<br />menggantikan kawannya untuk menyelesaikan karyanya,<br />lalu seluruh pembayaran untuk karya itu diserahkan<br />kepada kawannya. Mozart meninggal pada usia 35 tahun<br />dalam keadaan yang mengenaskan. Untuk membeli peti<br />jenazah pun tidak tersedia uang.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">LUDWIG VON BEETHOVEN </span>(1770-1827) terserang penyakit<br />telinga menjelang usia 30 tahun, lalu ia menjadi tuli<br />secara total. Bayangkan bagaimana terpukulnya seorang<br />komponis lagu kalau ia menjadi tuli. Dalam<br />kesedihannya ia menulis, "Aku merasa sepi, sangat<br />sepi. Tetapi aku merasa Tuhan dekat." Beethoven banyak<br />membaca buku renungan. Buku kegemarannya adalah<br />Imitatio Christi (artinya: Meniru Kristus) karangan<br />Thomas a Kempis. Walaupun Beethoven tuli, namun ia<br />tetap produktif sepanjang hidupnya dengan menghasilkan<br />begitu banyak simfoni, oratorio, opera dan sonata<br />piano yang menakjubkan. Salah satu warisannya adalah<br />nyanyian "Kami Puji Dengan Riang" di Kidung Jemaat,<br />no. 3.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">FRANZ PETER SCHUBERT </span>(1797-1828) lahir dalam keluarga<br />guru sekolah dasar yang miskin. Untuk mengarang lagu<br />ia tidak mampu membeli kertas, sehingga ia menulis di<br />kertas bekas. Schubert meninggal dalam usia 32 tahun<br />karena wabah typhus yang melanda perkampungan kumuh di<br />kota Wina tempat ia tinggal. Dalam catatannya ia<br />menulis : "Ketika saya menciptakan musik, saya<br />beribadah kepada Tuhan, dan saya menciptakan musik<br />supaya orang beribadah kepada Tuhan." <br /><br />Tulisan di atas bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa<br />komponis-komponis besar itu orang-orang sempurna.<br />Mereka manusia biasa dengan sifat buruknya<br />masing-masing. Misalnya, <span style="font-weight:bold;">Handel </span>dikenal sebagai orang<br />yang suka mengumpat dan memaki. <span style="font-weight:bold;">Mozart</span> kurang dewasa<br />dalam kepribadiannya dan suka memboroskan uang untuk<br />berfoya-foya. Beethoven gampang naik darah, sehingga<br />ia pernah melemparkan makanan di piring ke wajah<br />seorang pramusaji restoran hanya karena makanan itu<br />tidak sesuai dengan yang dia pesan.<br /><br />Yang mau dicatat di sini adalah bahwa orang-orang<br />jenius itu dengan rendah hati mencari Tuhan sebagai<br />sumber ilham. Mereka merasakan kedekatan dan keakraban<br />dengan Tuhan sebagai saat-saat yang mengilhami karya<br />musik mereka. Mereka mengaku bahwa bakat mereka adalah<br />pemberian Tuhan dan adalah pantulan kemuliaan Tuhan,<br />karena itu untuk kemuliaan Tuhan jugalah mereka<br />mempersembahkan karya mereka yang agung itu. Kata dan<br />nada yang lahir dari jari mereka adalah sentuhan<br />tangan Tuhan. Ilham yang mereka peroleh adalah<br />percikan Roh Tuhan.<br /> <br /><span style="font-style:italic;">CATATAN-CATATAN</span><br /><br />. Bdk. mis. de Vries hal. 29dst; rahner hal 23dst.<br /><br />2 Bdk. juga tulisan-tulisan orang yang dipenjara, seperti Victor Frankl dan F. Bonhoeffer.<br /><br />3 Rahner hal. 3dst.<br /><br />4 de Vries hal. 9dst.<br /><br />5 Kitab-kitab Kebijaksanaan dari Tradisi Semit dapat menjadi contoh, bagaimanakah kebijaksanaan harian dapat sungguh mempunyai nilai universal.<br /><br />6 Bdk. sikap kawan-kawan Nabi Ayub.<br /><br />7 Kaum hedonis ini tidak hanya ditemukan dalam jaman purba tetapi juga kini.<br /><br />8 Guru-guru kerohanian yang besar seperti Confucius mengajarkan hal ini.<br /><br /><br />by galilean mission<div class="blogger-post-footer">by galilean mission</div>space for the othershttp://www.blogger.com/profile/16973648012926509281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1704231172967271711.post-30531554999372766242008-12-29T22:47:00.002+07:002008-12-29T23:00:55.285+07:00MISI KRISTEN YANG RELEVAN DAN EFEKTIF DALAM MASYARAKAT PLURALIS <meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Book Antiqua"; panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText {mso-style-noshow:yes; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.MsoFootnoteReference {mso-style-noshow:yes; vertical-align:super;} /* Page Definitions */ @page {mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs; mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs; mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es; mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:19205813; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-755196578 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l1 {mso-list-id:47383965; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:739778800 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l2 {mso-list-id:104006236; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1080346618 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l3 {mso-list-id:216017572; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1833814280 772693504 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-weight:bold;} @list l4 {mso-list-id:463735477; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:54837702 67698693 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l4:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l5 {mso-list-id:542837862; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1476515740 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l6 {mso-list-id:704257062; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:63318918 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l7 {mso-list-id:824010277; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-543900372 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l7:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l8 {mso-list-id:852113234; mso-list-template-ids:1707526224;} @list l8:level1 {mso-level-start-at:3; mso-level-tab-stop:24.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:24.0pt; text-indent:-24.0pt;} @list l8:level2 {mso-level-text:"%1\.%2\."; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:.5in; text-indent:-.5in;} @list l8:level3 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\."; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:.5in; text-indent:-.5in;} @list l8:level4 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\."; mso-level-tab-stop:.75in; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.75in;} @list l8:level5 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\."; mso-level-tab-stop:.75in; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.75in;} @list l8:level6 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\."; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-1.0in;} @list l8:level7 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\."; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-1.0in;} @list l8:level8 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\."; mso-level-tab-stop:1.25in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.25in; text-indent:-1.25in;} @list l8:level9 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9\."; mso-level-tab-stop:1.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.5in; text-indent:-1.5in;} @list l9 {mso-list-id:929702825; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-793111208 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l9:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l10 {mso-list-id:983776955; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1381071478 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l10:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l11 {mso-list-id:1006443282; mso-list-template-ids:1707526224;} @list l11:level1 {mso-level-start-at:2; mso-level-tab-stop:24.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:24.0pt; text-indent:-24.0pt;} @list l11:level2 {mso-level-text:"%1\.%2\."; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:.5in; text-indent:-.5in;} @list l11:level3 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\."; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:.5in; text-indent:-.5in;} @list l11:level4 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\."; mso-level-tab-stop:.75in; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.75in;} @list l11:level5 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\."; mso-level-tab-stop:.75in; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.75in;} @list l11:level6 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\."; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-1.0in;} @list l11:level7 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\."; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-1.0in;} @list l11:level8 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\."; mso-level-tab-stop:1.25in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.25in; text-indent:-1.25in;} @list l11:level9 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9\."; mso-level-tab-stop:1.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.5in; text-indent:-1.5in;} @list l12 {mso-list-id:1071973283; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1977104768 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l12:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l13 {mso-list-id:1086342851; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1345150164 67698693 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l13:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l14 {mso-list-id:1352300086; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1565378860 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l14:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l15 {mso-list-id:1647775886; mso-list-template-ids:1990748504;} @list l15:level1 {mso-level-tab-stop:21.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:21.0pt; text-indent:-21.0pt;} @list l15:level2 {mso-level-text:"%1\.%2\."; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:.5in; text-indent:-.5in;} @list l15:level3 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\."; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:.5in; text-indent:-.5in;} @list l15:level4 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\."; mso-level-tab-stop:.75in; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.75in;} @list l15:level5 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\."; mso-level-tab-stop:.75in; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.75in;} @list l15:level6 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\."; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-1.0in;} @list l15:level7 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\."; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-1.0in;} @list l15:level8 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\."; mso-level-tab-stop:1.25in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.25in; text-indent:-1.25in;} @list l15:level9 {mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9\."; mso-level-tab-stop:1.5in; mso-level-number-position:left; margin-left:1.5in; text-indent:-1.5in;} @list l16 {mso-list-id:1714889316; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1369732340 659294744 67698709 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l16:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-weight:bold;} @list l16:level2 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l17 {mso-list-id:1857231467; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1031067140 67698693 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l17:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:39.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:39.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l18 {mso-list-id:1900283086; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1706751652 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l18:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l19 {mso-list-id:2061124736; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:938120230 67698693 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l19:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="color: rgb(204, 204, 204);">PENDAHULUAN</span><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">1.1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Alasan Penulisan <o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Kemajemukan agama dan kebudayaan serta kemiskinan merupakan kenyataan yang mewarnai masyarakat <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> saat ini. Sebagai bagian dari Asia secara geografis, realitas Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa Asia lainnya yang pernah mengalami kolonialisme, telah meninggalkan warisan masa lalu yang kompleks baik secara sosial, ekonomi, budaya dan keagamaan.<a style="" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pembangunan yang telah dilakukan dari masa kemerdekaan sampai dengan masa reformasi saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Pluralisme masyarakat merupakan tema yang penting dalam agenda kehidupan bersama di tengah masyarakat, hal ini ditandai dengan masih banyaknya konflik disintegrasi serta konflik dan perseteruan yang disebabkan oleh pluralisme masyarakat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Survey yang dilakukan bersama oleh <i style="">The Wahid Istitute</i> <span style=""> </span>pada pertengahan bulan Mei 2007 di 33 provinsi seluruh Indonesia menyatakan bahwa sikap toleran dalam kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini sudah berada di status “lampu kuning”. Artinya, memerlukan perhatian sangat serius serta program-program lebih terarah untuk bisa segera menyelamatkan, sebelum nantinya jatuh ke dalam situasi yang semakin buruk. Ini tanggung jawab kita bersama dalam berbangsa. Dalam survey ini masyarakat mayoritas Indonesia yaitu Muslim menunjukkan 42,2 % setuju bahwa kerukunan antar umat beragama sekarang ini dalam kondisi kritis.<a style="" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Alasan inilah yang digunakan oleh <i style="">Penulis</i> untuk mengangkat tema pluralisme masyarakat dalam konteks kehidupan masyarakat <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> yang juga merupakan konteks dimana Kristen dalam interaksi antar agama memberikan tempat dan sumbangan, untuk memperbaiki kehidupan bermasyarakat ini sebagai upaya dan tanggung jawab bersama menuju masa depan yang lebih baik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">1.2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Latar Belakang <span style=""> </span><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pemikiran keagamaan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> saat ini sedang mencari formatnya yang lebih memadai untuk menjawab tantangan-tantangan yang spesifik. Secara praktis yang dihadapi yaitu bagaimana kontribusi agama untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, yaitu dalam menghadapi kelompok-kelompok masyarakat miskin, kekerasan, kerusakan lingkungan, ketidakadilan, masalah gender, orang yang dimarjinalisasi dan didiskriminasi hak-hak asasinya dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, budaya dan agama.<a style="" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Akibat dari ketidak-berhasilan negara dalam megatasi masalah-masalah kemanusiaan tersebut, maka kegagalan mewujudkan keadilan sosial akan menciptakan ketegangan konflik antar agama/kepercayaan, memperparah tindakan-tindakan pelanggaran hak asasi manusia. Adalah tugas dan panggilan Gereja dan agama-agama lain untuk secara positif dan bersama-sama berpartisipasi dalam meletakkan landasan moral , etik dan spiritual ( yang bisa diterima dalam kemajemukan) kepada pembangunan nasional.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><span style=""> </span>Apabila Gereja dan agama-agama lain tidak memiliki keprihatinan terhadap masalah ini, maka bangsa ini akan terpuruk kepada kecenderungan <i style="">sekularisasi</i>, <i style="">meng-agama-kan negara</i> atau <i style="">me-negara-kan agama</i>. Gereja harus mengantisipasi “tanda-tanda zaman” ini. Gereja jangan lagi hanya “bersembunyi” di dalam kurungan emas Anugerah Allah dan melegitimasikan tindakannya dengan pernyataan “Gereja tidak berpolitik”, “Gereja hanya mengelola rahmat (<i style="">grace</i>)”.<a style="" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><i style="">Bonhoeffer </i>menegaskan bahwa Gereja adalah “<i style="">the church for others</i>”. Gereja harus hidup berbagi dalam masalah-masalah sekuler dari kehidupan manusia biasa, bukan dengan menguasai melainkan dengan membantu dan melayani. Untuk menghindari latar belakang “<i style="">humanis liberal borjuis</i>”, ungkapan ini dikemudian hari diubah menjadi “ <i style="">the church with others</i>”. Gereja dilihat secara essensial sebagai misi dan keberadaan Gereja adalah demi misi.<a style="" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Paradigma misi saat ini menekankan bahwa pemilik misi adalah Allah, <i style="">Missio Dei</i> ( pengutusan dari Allah), yang menghendaki keselamatan semua orang. Gereja bukan pemilik misi melainkan yang mendapat misi. Bukan hanya para klerus saja , melainkan kaum awam juga mendapat tugas pengutusan.<a style="" href="#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pergumulan dewasa ini adalah bagaimana kita bertanggung jawab untuk menghadirkan<span style=""> </span>misi Kristen dalam Gereja masa kini khususnya di Indonesia agar dapat dimengerti, diterima dan hidup dalam masyarakatnya dengan memahami Gereja dalam hubungannya dengan realita yang melingkunginya, pendekatan ini bersifat <i style="">bottom-up</i>.<a style="" href="#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="SV">Dengan pendekatan ini akan menampakkan Gereja menjadi komunitas yang disukai atau diterima oleh masyarakat karena dirasakan kehadirannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Kehadiran gereja-gereja di Indonesia dalam bentuk fungsinya seolah tidak terasakan oleh masyarakat, akibatnya kehadiran misionernya menjadi tidak jelas. Tampaknya pemahaman misiologis Gereja masih mengacu kepada pemahaman abad ke-19, diantaranya dengan memandang diri sebagai umat yang terpilih atau yang paling baik untuk membawa manusia menjadi Kristen. Gereja atau Kekristenan masih dipandang sebagai pusat dunia, pusat untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan serta harus menjadi pusat perhatian.<a style="" href="#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pola pikir missioner seperti disebut diatas haruslah diperbaharui atau <i style="">dikaji ulang secara kontekstual dengan pendekatan, metode dan tujuan yang</i> <i style="">relevan serta efektif</i>, yaitu bersifat dinamis untuk melayani, berbuat sesuatu dan melihat realita serta inspiratif terhadap perkembangan atau masalah dalam kehidupan masyarakat masa kini. Gereja harus meninggalkan eksklusivitasnya, karena<span style=""> </span>keKristenan di Indonesia merupakan bagian dari bangsa Indonesia sendiri. Misi Kristen di Indonesia<span style=""> </span>bukan lagi memiliki identitas Barat, tetapi beridentitas<span style=""> </span>sebagai salah satu bagian dari kenyataan yang disebut bangsa Indonesia. Kekristenan harus menghadapi realita yang majemuk, budaya Indonesia lebih menekankan unsur-unsur yang memiliki kesamaan daripada keberbedaan.<span style=""> </span><span style=""> </span><i style=""><span style=""> </span><b style=""><span style=""> </span><o:p></o:p></b></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;" align="center"><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=""> </span>
<br /><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style="color: rgb(192, 192, 192);">PEMBAHASAN </b><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;" align="center"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Pemahaman Lama tentang Misi.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Kata “misi” berasal dari bahasa Latin <i style="">missio</i>, yang berarti pengutusan, <i style="">Missio Dei</i> berarti pengutusan yang berasal dari atau kepunyaan Allah.<a style="" href="#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="SV">Dalam bahasa Belanda dipakai dua istilah yaitu <i style="">zending</i> untuk perkabaran Injil Protestan dan <i style="">missie</i> yaitu untuk misi dari Gereja Roma Katolik, hal ini terjadi karena adanya polarisasi dahulu ketika orang membedakan atau memisahkan Gereja Protestan dan Gereja Katolik.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pengertian<span style=""> </span>tentang misi telah berkembang sejalan dengan perkembangan sejarah misi itu sendiri, untuk melihat corak misi dengan wajah lama akan dipilah sebagai berikut:<a style="" href="#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style=""><i style="">Foreign Mission</i></b><b style=""><span style=""> </span>yang berwajah kolonial, </b>misi semacam ini berkembang bersamaan dengan misi Kristen Barat yang berdampingan dengan kolonialisme modern. Pemahaman misi ini menekankan segi geografis dalam menafsirkan “<i style="">Pergilah…</i>.” dari <i style="">Matius 28:18-20</i> yang diartikan sebagi tugas mengkristenkan semua bangsa yang dianggap masih kafir dan menyembah berhala. <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi “<i style="">Civilization</i>”, </b>corak misi semacam ini menjadikan Gereja-gereja di di Asia dan bagian Dunia Ketiga lainnya tidak berakar dalam kehidupan bermasyarakat.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi Penaklukan(penganut) Agama-agama lain, </b>pemahaman misi ini terhadap agama-agama lain adalah penganut agama lain harus ditaklukan. Pengaruh besar dalam usaha <i style="">zending</i> di <st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region>, termasuk sejarah Gereja-gereja <st1:place st="on">Asia</st1:place> saat itu, hampir kelihatan hubungan yang bersifat permusuhan dengan agama-agama lain.<span style=""> </span><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi sebagai <i style="">Church Planting</i> dan <i style="">Church Growt,</i></b> abad ke-19 sering disebut juga sebagai <i style="">the great century mission</i>. Pemahamannya adalah menumbuhkan Gereja dengan penekanan pertambahan jumlah anggota (kuantitatif) merupakan aspek tujuan Allah sendiri untuk memperluas Kerajaan Allah.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">5.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi Individualistis, </b>Pemahaman ini dibatasi oleh pengertian yang pietistis dan individualistis. Missionaris yang membawa pemahaman ini berkaitan dengan pemboncengan misi Kristen Barat dalam ekspansi kolonial sehingga tidak mengganggu misi “politis” yang dijalankan pemerintah penjajah.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Pergeseran Paradigma Misi dan Misi Yang Relevan Pada Masa Kini.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Setelah berakhirnya dominasi politik Barat maka berjalan seiring dengan dominasi misi Kristen Barat ke Dunia Ketiga dengan bangkitnya agama-agama di seluruh dunia. Era baru ini ditandai dengan munculnya krisis dengan adanya pengaruh dan perubahan-perubahan yang begitu cepat dalam abad ke-20, menurut <i style="">David J Bosch</i>, ada <span style=""> </span>sejumlah faktor yang mendorong terjadinya krisis yaitu:<a style="" href="#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Perkembangan ilmu teknologi yang menyuburkan sekularisme; “<i style="">dechristianized</i>” di Barat dalam kehidupan Gereja maupun dunia misi; Barat bukan lagi “negara-negara Kristen” karena sudah dipenuhi oleh agama lain juga; terjadinya kesenjangan ekonomi antara negara kaya dan negara miskin;<span style=""> </span>Munculnya teologi baru dan kontekstual dari Dunia Ketiga dan<span style=""> </span>Gereja di Dunia Ketiga menuntut otonominya dihargai sehingga “wilayah misi” berubah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Disamping itu muncul juga persoalan intern akibat warisan masa lalu, antara lain adalah:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span>Pemahaman terhadap <i style="">Matius 28:18-20</i> dengan tafsiran konservatif menjadi tidak relevan lagi sehingga misi Gereja tidak dianggap sama dengan Kristenisasi.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span>Pengaruh dualisme yang masih cukup kuat, Gereja tidak dipahami sebagai lembaga kerohanian atau misi rohani saja berbeda dengan pemahaman bahwa misi rohani ini harus diubah menjadi misi Kerajaan Allah, meliputi semua bidang kehidupan manusia. <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span>Orientasi misi pada pertambahan anggota Gereja, usaha untuk menarik orang banyak dilakukan tidak hanya terhadap penganut agama lain tetapi juga mereka yang menganut<span style=""> </span>aliran atau denominasi lain.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Perbedaan-perbedaan pemahaman tentang misi ini dipengaruhi dan ditentukan oleh paradigma, disebut juga <i style="">paradigma misi</i>. Beberapa paradigma<span style=""> </span>misi yang didasarkan tidak hanya oleh satu teologi misi telah menentukan bagaimana misi dipahami dan dilaksanakan dan dinilai relevan dalam kurun waktu tertentu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><i style="">Hans Kung</i> telah merumuskan istilah paradigma berdasarkan rumusan dari <i style="">Thomas Kuhn</i> sehingga paradigma misi dapat dirumuskan:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;">“sebagai model interpretasi dan pemahaman yang mempengaruhi, bahkan menntukan keyakinan dan nilai serta teknik-teknik misi yang dipahami oleh Gereja sebagai suatu komunitas dalam era tertentu”<a style="" href="#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Mempelajari pergeseran paradigma misi membantu orang-orang Kristen atau Gereja memahami dan melaksanakan misi dalam sejarah kekristenan dan menolong Gereja masa kini untuk memberi arti terhadap misi pada masa kini dan masa depan. Pergeseran paradigma terjadi karena krisis dalam teologi dan kehidupan Gereja. Secara garis besar <i style="">David J Bosch</i> menunjukkan pergeseran paradigma berdasarkan pembagian waktu yang dibuat oleh <i style="">Hans Kung</i>, sebagai berikut:<a style="" href="#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Paradigma Misi Apokaliptik dari Gereja Perdana.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Paradigma misi Gereja Patristik dan Ortodoks Timur. <o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Paradigma Misi Gereja Katolik Abad Pertengahan.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Paradigma Misi Reformasi Protestan.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">5.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Paradigma Misi Era Pencerahan.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">6.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Paradigma Misi Ekumenis dalam Era Postmodernisme, </b>menurut <i style="">David J Bosch</i>, paling sedikit ada tujuh pergeseran dimensi paradigma dari era Pencerahan ke era Postmodernisme dan implikasinya pada misi Gereja:<a style="" href="#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Pergeseran rasionalitas</b>, mendorong Dunia ketiga mengembangkan “<i style="">teologi naratif</i>” dan “<i style="">theology as story</i>”. <span style=""> </span><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Pergeseran skema “subjek-objek”</b>, dalam Gereja perlu dikembangkan suatu pemikiran holistis yang menekankan “simbiosis”. <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Penemuan kembali dimensi teologis</b>, yaitu pergeseran dari pemikiran “non-eskatologis” kepada pemikiran eskatologis.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Tantangan terhadap “<i style="">progress thinking</i>”</b>, pemikiran ini mendewakan pembangunan. Namun, telah menciptakan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Penemuan kembali nilai-nilai dalam fakta kehidupan</b>, misi Gereja pada era ini adalah untuk menetralisir pengaruh ideologi dibalik ilmu pengetahuan. <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Pergeseran optimisme</b>, misi Kristen harus menghadirkan visi Kerajaan Allah dalam kenyataan eskatologis yang memberi sinar dan menerangi dunia serta memberi arti kepadanya.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 39pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">§<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Pergeseran dari individualism ke ketergantungan positif</b>, komitmen<span style=""> </span>saling bergantung dan”simbiosis” untuk menerima keselamatan dalam relasi yang baru.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Harus disadari adanya ketegangan yang kreatif dari pelbagai dimensi dalam misi antara kesatuan dan kepelbagaian, penyebaran dan integrasi, pluralitas dan holisme sehingga Gereja dapat merumuskan model misi yang relevan pada masa tertentu. Elemen-elemen mendasar yang merupakan tema pokok pada paradigma misi ekumenis ini, yaitu:<a style="" href="#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Gereja dan Misi, </b>eklesiologi yang muncul dalam era ini menyatakan bahwa Gereja harus dilihat secara esensial sebagai misi. Gereja adalah demi misi, dimensi missioner Gereja ikut terlibat dalam kehidupan masyarakat.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Gereja dan Dunia, </b>Gereja ada di dunia sebagai tanda dan sarana Kerajaan Allah tampak dalam: perdamaian, keadilan, kebenaran dan kehidupan baru dalam cinta kasih. Gereja adalah umat Allah di tengah-tengan peristiwa-peristiwa dunia atau “komuunitas dari dunia ini”.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Penemuan kembali peranan jemaat, </b>misi Gereja yang terutama adalah misi yang dilaksanakan oleh jemaat-jemaat di segala tempat di dunia ini. Perbedaan dintara Gereja diubah menjadi ungkapan <i style="">partnership in obedience</i> (mitra dalam ketaatan).<span style=""> </span><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi dan Penginjilan, </b>penginjilan tidak sama dengan misi, namun mempunyai kaitan dan saling berhubungan secara teologis dan praksis. Penginjilan adalah misi, tetapi misi tidak hanya penginjilan. Orang yang melakukan penginjilan adalah seorang saksi bukan hakim dengan mengembangkan relasi sosial dalam tanggung jawab berasama masyarakat.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">5.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style=""><i style="">Missio Dei</i></b>, mencakup seluruh dunia dan semua aspek kehidupan manusia. Perhatian Allah tidak eksklusif didalam dan melalui gereja, tetapi kepada seluruh dunia. Hal ini telah mematahkan pandangan yang sempit tentang misi yang bersifat “Gereja-sentris”.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">6.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi dan Keadilan, </b>penginjilan harus diperluas dengan pelayanan yang menjawab kebutuhan manusia yang meliputi baik transformasi pribadi oleh Roh Allah maupun transformasi sosial-kultural. <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">7.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi dan Pembebasan, </b>Teologi pembebasan adalah fenomena yang “multi wajah”, masalah pokok dilihat pada “dominasi” dan “ketergantungan”, penindas dan yang ditindas, kaya dan miskin, kapitalis dan sosialis.<span style=""> </span><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">8.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi dan kesaksian bersama, </b>di Indonesia pola persatuan agak longgar dan lebih menekankan kesatuan spiritual daripada kesatuan stryktural karena karakter paradigma misi ekumenis, yaitu kesatuan yang bukan berarti penyeragaman.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">9.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi dan pelayanan umat, </b>misi bukanlah urusan kaum elit Gereja, para pejabat gereja harus mendukung komunitas basis.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">10.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Misi dan orang-orang dari kepercayaan lain, </b>pada tahun 60-an muncul <i style="">theologia religonum</i>, suatu disiplin teologi yang tidak hanya mempertanyakan siapakah orang Kristen itu, tetapi siapakah orang-orang yang memeluk agama atau kepercayaan lain. Hal ini tidak lepas dari kenyataan pluralitas agama sejak lama di Asia serta perkembangan baru di Barat dengan bertumbuhnya penganut agama-agama lain. Timbul suatu pandangan baru yaitu <i style="">dialog</i>. Tema mengenai misi dan dialog ini makin menjadi relevan bagi Gereja-gereja dan para teolog <st1:place st="on">Asia</st1:place>. Perspektif dari paradigma ini adalah <i style="">pluralis dialogal</i>. <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Setelah membahas misi ekumenis yang diwarnai oleh pelbagai aspek dan pergumulan<span style=""> </span>yang belum seluruhnya jelas dan untuk membangun suatu teologi misi dalam konteks Asia maka diperlukan suatu rekontruksi pemahaman, motivasi dan tujuan misi yang relevan dengan konteks <st1:place st="on">Asia</st1:place>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">A.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Rekontruksi Misi dalam Pluralitas Kebudayaan di Asia, </b>misi Kristen dalam kebudayaan <st1:place st="on">Asia</st1:place> adalah misi kontekstual, misi Allah mencakup pembaruan kebudayaan manusia kembali menjadi manifestasi kuasa dan kasih Allah kepada seluruh ciptaan-Nya.<a style="" href="#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Misi Kristen manusia Asia mengembangkan sikap dan penghayatan yang sudah diwarisi sejak lama untuk menghargai dan menghormati keunikan dan pluralisme.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">B.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Rekontruksi Misi dalam pluralistas religius di Asia, </b>konteks kebudayaan, agama dan realitas sosial dapat dilihat sebagai “<i style="">triangle</i>” yang memiliki sudut sendiri tetapi tidak terpisahkan. Dasar yang digunakan adalah dialog bersama agama-agama Asia yang dilakukan dalam suasana penerimaan satu sama lain untuk bersama-sama mencari dan menemukan Allah sebagai kebenaran yang penuh.<a style="" href="#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Dialog yang dimaksud bukanlah dialog doktrin melainkan dialog konkrit tentang kemanusiaan (<i style="">humanisme</i>). Humanisme ini merupakan perwujudan otentik dari hidup beragama yang memperoleh wajah ilahi-manusiawi dan manusiawi-ilahi.<a style="" href="#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[18]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style=""> </span><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">C.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Rekontruksi dalam konteks kemiskinan orang-orang Asia, </b>misi yang dipahami sebagai proklamasi verbal saja harus diganti dengan misi yang menekankan kata dalam tindakan. Kalau rakyat Asia yang menderita ternyata sebagian besar bukan orang Kristen, misi Allah akan tetap sampai kepada mereka. Gereja-gereja di Asia dipanggil untuk setia dan terlibat dalam misi Allah bagi rakyat <st1:place st="on">Asia</st1:place>.<a style="" href="#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style=""> </span><o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Teologi Misi yang Relevan dan Efektif.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Seperti diketahui, teologi adalah refleksi yang bersifat sistematis terhadap iman. Yang menjadi sasaran teologi adalah gambaran atau bahkan model-model mengenai Allah dan rumus-rumus yang bersifat proposisional baik yang diperoleh atau diwarisi dari tradisi para pendahulu maupun penghayatan kontemporer atau kontekstual orang beriman. Gambaran, model dan proposisi ini tidak lepas dari interaksi sosial-budaya.<a style="" href="#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pluralitas religius menyadarkan Gereja bahwa hidupnya dalam keseluruhan yang majemuk merupakan suatu gejala sosiologis. Teologi yang berfungsi (teologi fungsional) untuk penghayatan iman Gereja merupakan teologi inkulturatif atau kontekstual.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Pergumulan untuk membangun teologi kontekstual mempunyai segi <i style="">konfirmasi</i> (Firman Allah) dan segi <i style="">konfrontasi</i> (unsur-unsur konteks) terhadap konteks, disamping itu teologi kontekstual bukan sekedar kegiatan <i style="">intelektual</i>, melainkan usaha <i style="">eksistensial</i> yang melibatkan seluruh kehidupan di dalamnya. Dengan demikian sebagai tolok ukur kontekstualisasi tidak hanya suatu <i style="">ortodoksi</i> (ajaran yang benar), tetapi lebih lagi suatu <i style="">ortopraksis</i> (tindakan yang benar). Tujuan kontekstualisasi bukan memecah persaudaraan universal di antara umat Kristen, melainkan supaya ada <i style="">konvergensi</i> satu sama lain saling menghargai kepribadian, tidak memaksakan unsur kebudayaan sendiri.<a style="" href="#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[21]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><i style="">Theologia religionum</i> (teologi agama-agama) selama ini terus berputar<span style=""> </span>pada pendekatan-pendekatan <i style="">eklesiosentris </i>(berpusat pada Gereja),teosentris ( berpusat pada Allah) atau <i style="">kristologi </i>(berpusat pada Kristus). Kenyataan keberagaman iman dari sudut etika (etikosentrisme) lebih mementingkan dialog dalam praksis, dialog dalam menghadapi persoalan etis bersama, sebagai sesama saudara penghuni bumi.<a style="" href="#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Sejak Perang Dunia II, terutama dekade 1960-an, ada kecenderungan tumbuhnya teologi konteks, yang berpijak pada lokus (tempat dan waktu) tertentu. Diantaranya adalah teologi pengharapan (<i style="">Jurgen Moltman</i>), teologi revolusi (<i style="">Richard Saul</i>), teologi pembangunan, teologi pembebasan (Amerika Latin), teologi Hitam (Afrika dan Amerika), teologi <i style="">minjung</i> (Korea) dan sebagainya. Semua teologi konteks tersebut memiliki keragaman dan kekhususan masing-masing sesuai dengan asalnya. Namun, teologi tersebut<span style=""> </span>tidak berfokus pada dogma Gereja yang bersifat sekterian tetapi berfokus pada isu lokal atau global yang berkembang di masyarakat.<a style="" href="#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Tanggapan teologis-misiologis lainnya di Asia dan lebih berurat-akar adalah <i style="">teologi harmoni</i>. Situasi Asia lebih majemuk, Agama Kristen di sini merupakan minoritas, sedangkan agama lain jauh lebih besar, seperti: Islam, Hindu, Budha, oleh karena itu beberapa pemimpin Gereja Asia dan sebagian umat merasa diri dipanggil untuk berdialog dengan agama-agama lain. Harmoni harus diperjuangkan secara aktif dalam keterlibatan untuk keadilan sosial. Pangkal tolak dari pertimbangan bahwa Asia sebenarnya kaya sekali dengan keragaman kebudayaan dan agama yang bermutu tinggi (seperti filsafat Tionghoa dan etika Jawa). Teologi ini berkesimpulan bahwa masalah dunia yang kompleks ini hanya bisa diatasi bila kekuatan batin dari agama-agama digali, diperbaharui, dalam universalisme, dimana semua insan yang berbeda-beda, namun bersatu, seperti anggota dalam kesatuan tubuh.<a style="" href="#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Agar suatu <i style="">teologi yang relevan dapat disampaikan secara efektif</i> di tengah-tengah masyarakat maka “inkarnasi” berita Alkitab dalam proses kontekstualisasi teologi harus memperhatikan sistem sosial umat yang bersangkutan sehingga berita Alkitab itu, menjadi “berita baru” yang lebih bermakna dan diterima oleh sistem sosial yang didalamnya berita itu diaplikasikan.<span style=""> </span>Pendekatan yang digunakan dalam penafsiran adalah pendekatan hermeneutika temu-lintas-teks (<i style="">cross-textual interpretation</i>). Cara baru membaca Alkitab ini adalah menafsirkan praksis kehidupan sehari-hari dengan pertolongan Alkitab.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><i style="">Widi Artanto</i> telah membagi lima tema dan corak misi yang dapat dijadikan dasar<span style=""> </span>untuk membangun teologi misi gereja, yaitu:<a style="" href="#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[25]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <ul style="margin-top: 0in; font-family: trebuchet ms;" type="square"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;"><b style="">Misi Penciptaan<o:p></o:p></b></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;"><b style="">Misi Eksodus<o:p></o:p></b></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;"><b style="">Misi Kehambaan<o:p></o:p></b></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;"><b style="">Misi Rekonsiliasi<o:p></o:p></b></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;"><b style="">Misi Kerajaan Allah<o:p></o:p></b></span></li></ul> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Lima tema dan corak misi diatas mencerminkan elemen dasar, motif dan tujuan misi. Dasar<span style=""> </span>misi gereja<span style=""> </span>adalah misi Kerajaan Allah, sedangkan keempat tema dan corak yang lain adalah motif-motif pokok dari misi Gereja. Motif misi yang luas dan bahkan universal adalah misi Penciptaan; Motif misi dalam diri Gereja sendiri dan sikap terhadap orang lain adalah misi Kehambaan; Motif yang dinamis dalam <i style="">action</i> yang nyata adalah misi Eksodus, sedangkan konsep misi dalam konteks pluralis adalah misi Rekonsiliasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Istilah “rekonsiliasi” mengandung arti perdamaian atau perukunan. Rekonsiliasi dalam Gereja<span style=""> </span>harus dinyatakan dengan umat manusia di dunia ini dan bahkan dengan seluruh alam semesta. Misi rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh Gereja dalam konteks kemiskinan dan keberagaman di Asia menunjukkan dua aspek, yaitu aspek kemanusiaan dan aspek dialog.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Misi Rekonsiliasi kemanusiaan selalu mengundang partisipasi dan keterlibatan Gereja yang aktif seperti Yesus sendiri telah menderita dan disalib sebagai wujud keterlibatan-Nya dalam misi rekonsiliasi Allah.<a style="" href="#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[26]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Misi rekonsiliasi dalam dialog religius (umat beragama lain) merupakan panggilan Gereja di Indonesia dalam konteks keberagaman agama yang sudah lahir berabad-abad. Atas dasar kemanusiaan bersama ini, dialog antar iman dan agama dapat dilakukan karena semua pihak bersama-sama merindukan Allah sebagai the <i style="">Ultimate Concern</i>.<a style="" href="#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[27]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Misi dalam Masyarakat Pluralis di Indonesia.<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Ajaran Kristen dewasa ini diartikan sebagai gerakan ketahanan melawan kekuatan berhala dan dari perusakan penciptaan, untuk mewujudkan misi ini, umat Kristen dihadapkan pada tantangan kepelbagaian/pluralitas dan perpecahan. Tapi bila kita meletakkan Kristus sebagai pusat persekutuan dan kehidupan-<b style="">unum neccessarium</b>- akan mengarahkan persatuan umat dalam menjalankan misi untuk mengubah manusia dan dunia.<a style="" href="#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[28]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Dalam mengaplikasikan misi Kristen di tengah-tengah masyarakat pluralis-religius seperti Indonesia maka selayaknya teori dan doktrin<span style=""> </span>yang harus digunakan<span style=""> </span>adalah apa dan bagaimana harus dilakukan sebagai tanggung jawab sebagai orang percaya di dunia ini dalam tugas dan panggilannya membuat dunia ini <i style="">menjadi tempat yang nyaman untuk hidup saat ini bagi semua makhluk ciptaan</i>.<a style="" href="#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[29]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Usaha rekonstruksi misi adalah usaha kontekstualisasi misi Gereja. Perjumpaan dengan dan dalam konteks Indonesia menentukan seberapa jauh rekontruksi misi itu diperlukan. Konteks Indonesia menentukan pemilihan paradigma misi yang relevan, yaitu paradigma misi ekumenis. Konteks <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> adalah:<a style="" href="#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[30]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Konteks Pluralitas Agama, </b>masalah-masalah yang ada membuat dialog antaragama di Indonesia<span style=""> </span>harus dilakukan lebih serius agar pluralitas agama di Indonesia tidak menghasilkan disintegrasi, melainkan keterlibatan bersama untuk menghadapi persoalan kemanusiaan dan persoalan bangsa.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Konteks Sosial-Ekonomi-Politik, </b>ditandai dengan<b style=""> </b>mengendornya solidaritas sosial dan nasional akibat kesenjangan kehidupan masyarakat. Masalah kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari masalah ketidakadilan. Keserakahan sekelompok manusia menciptakan sistem sosial-politik-ekonomi yang tidak adil dalam kehidupan masyarakat dan bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Agar kehadiran misinya benar-benar relevan dan efektif, rekontruksi bisa dilakukan dalam paradigma misi ekumenis. Pluralitas agama dan masalah sosial-ekonomi-politik di Indonesia harus dihadapi dengan lebih realistis dan menghindari konfrontatif dengan penganut agama lain. Paradigma misi ekumenis membuka kemungkinan terjadinya dialog sehingga dalam kebersamaan itu Gereja dapat terlibat dalam masalah-masalah kemanusiaan.<a style="" href="#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[31]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Gereja missioner adalah bagian integral misi yang ditujukan kepada dunia namun misi bukan urusan Gereja semata, melainkan justru merupakan misi para anggota di tengah-tengah masyarakat. Gereja karena itu tidak menjadikan dirinya sebagai pusat dan tujuan misi, tetapi menghayati spiritualitas transformatif dengan Kerajaan Allah sebagai sumber misi dan menjadikan Kerajaan Allah sebagai arah dan tujuan seluruh gerak dan kehidupannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span>Oleh karena itu misi Gereja missioner adalah misi Allah sendiri yang tampil dalam lima corak dan tema misi (Misi Penciptaan, Misi Pembebasan, Misi Kehambaan, Misi rekonsiliasi dan Misi Kerajaan Allah). Implementasi Misi Rekonsiliasi berkaitan dengan pemulihan relasi antar manusia dalam konteks perdamaian dan keadilan. Beberapa implementasi misi rekonsiliasi yang dapat diupayakan Gereja-Gereja di Indonesia:<a style="" href="#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[32]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <ul style="margin-top: 0in; font-family: trebuchet ms;" type="square"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;">Penginjilan bukan bertujuan untuk pertambahan anggota, melainkan pemenuhan Kerajaan Allah, karena karya Allah hasilnya tidak dapat diukur secara kuantitas. Penginjilan bukanlah misi tunggal Gereja dalam konteks pluralitas agama dan kemiskinan di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;">Rekonsiliasi di dalam Gereja adalah bagian integral dari misi ini agar upaya yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat memiliki kredibilitas karena Gereja konsisten dan konskuen terhadap komitmen misinya.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;">Kebencian dan balas dendam dapat dihindari dari dalam konflik ketidakadilan bila sejak semula tujuan perjuangan keadilan bukanlah balas dendam, melainkan keadilan dalam perdamaian dan perdamaian dalam keadilan.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size:100%;">Dialog adalah jembatan untuk menghubungkan Gereja<span style=""> </span>dengan pluralitas<span style=""> </span>agama di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> sehingga misi ekumene memperoleh makna yang kontekstual.<o:p></o:p></span></li></ul> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Ada beberapa bentuk dialog yang dapat dilakukan Gereja bersama golongan agama lain di Indonesia:<a style="" href="#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[33]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Dialog kehidupan antarumat beriman</b>, Gereja membuka wawasan dan pemahaman anggota-anggota dan menolong mereka untuk siap mengembangkan dialog kehidupan.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Dialog teologis antar iman</b>, dapat diprakarsai oleh pemimpin agama, dialog teologis ini berisi dialog pengalaman spiritual para peserta dalam menghayati dan memahami makna teologis kehadiran agama-agama lain agar sifat intelektual dan spiritual saling melengkapi.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Dialog dalam aksi bersama</b>, bersama-sama menjawab masalah-masalah kemanusiaan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Dari visi iman Kristen, tujuan dialog dalam aksi adalah kehadiran Kerajaan Allah di bumi Indonesia dengan keadilan, perdamaian, kesejahteraan dan keutuhan ciptaan sebagai tanda-tandanya.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;" align="center"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p><b style=""><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: left; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="color: rgb(192, 192, 192);">PENUTUP</span><o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">3.1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Implementasi dan Rencana Aksi <o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang majemuk ini, dimana Gereja <b style=""><span style=""> </span></b>ada dan hidup didalamnya, hendaklah<b style=""> </b>dapat menjadi “garam dan terang dunia” sehingga kehadiran Gereja dan Kristen menjadi jelas dan berarti serta diterima ditengah-tengah kehidupan masyarakat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Dialog dalam bentuk aksi bersama terhadap masalah-masalah kemanusiaan merupakan bentuk perjumpaan yang relevan dan efektif dalam masyarakat yang majemuk ini. Penginjilan dengan semangat eksklusif dengan tujuan pertambahan jumlah orang Kristen dan tidak memperhatikan konteks masyarakat disekitarnya bukanlah bentuk yang relevan, malah akan membawa ketegangan antarumat yang kontraproduktif bagi pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Hakikat misi Kristen seharusnya menghadirkan damai Allah dalam dunia khususnya Indonesia dimana kita hidup bersama dalam kepelbagaian dan keragaman yang merupakan ciptaan-Nya. Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus, maka kita seharusnya mengikuti teladan-Nya ketika Ia masih berada di dunia ini. Misionaris Kristen selayaknya orang-orang yang rendah hati yang menjalankan misinya tidak hanya kepada dan untuk dunia, tetapi juga bersama-sama dengan dunia dalam kepelbagaian agama dan ideologi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Wajah misi Kristen bukanlah memperluas dan membangun Gereja yang megah, menarik orang dari agama lain maupun agama sendiri menjadi kelompok denominasinya atau menjadi orang Kristen yang fanatik dan eksklusiv. Misi Kristen hendaknya dikembalikan dengan pola pikir (<i style="">mindset</i>) dan cara pandang yang baru terhadap interpretasi pesan-pesan Alkitab. Misi Kristen selayaknya memiliki <i style="">blue print</i> terhadap <i style="">konteks solidaritas kemanusiaan dan komunikasi interkultural</i>. Orang Kristen Indonesia turut prihatin terhadap situasi kemiskinan dan pengangguran serta mau menjadi bagian dari pergumulan orang diluar kekristenan. Bukankah Yesus Kristus selalu hadir, memanggil dan mengutus siapapun kita dalam pesannya bahwa apa yang kita lakukan atau tidak lakukan untuk orang yang paling hina berarti kita melakukan atau tidak melakukan juga untuk-Nya ( <i style="">bdk Mat 25:40;45</i>).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style=""> </span></b>Konsep dan pemahaman Misi Kristen ini selanjutnya diimpelementasikan dan dibuat suatu rencana aksi. Misi yang digunakan adalah misi yang relevan dan efektif dalam masyarakat <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> yang Pluralis, Misi Rekonsiliasi dengan dialog sebagai jembatan untuk melaksanakan program-program. Rencana aksi yang dilakukan gereja termasuk warga jemaat didalamnya memiliki kredibilitas jika penerapannya selain bertujuan keluar (eksternal) juga harus melakukan aksi kedalam dirinya sendiri (internal), dengan uraian sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style="">A. Internal:<o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Pembangunan jemaat dengan konsepsi identitas yang misioner, </b>mengikut sertakan jemaat secara total dalam merumuskan identitas sehingga jemaat tertarik untuk melakukan program-program yang telah dirumuskan bersama. Jemaat yang vital ini berperan untuk mewujudkan tugas misi ditengah-tengah masyarakat.<b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Membentuk jaringan Gereja lokal maupun global, </b>relasi yang bersifat Gereja dengan Gereja baik local maupun global dalam suatu jaringan kemitraan dan solidaritas akan membantu pelaksanaan misi yang bersifat universal.<b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Memperbahurui pemahaman misi sesuai pesan Alkitab, </b>pola pikir dan cara pandang jemaat dalam menginterpretasi pesan-pesan Alkitab mempengaruhi sejauh mana bentuk misi yang relevan dan efektif dalam masyarakat yang pluralis. <b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Meningkatkan kualiatas para missioner, </b>dalam rangka dialog umat Kristen dengan umat beragama lain tidak hanya diperlukan pemahaman tentang agama sendiri melainkan dibutuhkan juga pemahaman tentang agama-agama lain agar dialog dapat berjalan efektif dan produktif, hal ini dapat dilakukan oleh pemimpin maupun para missioner yang memiliki latar belakang intelektual yang baik. <b style=""><span style=""> </span><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style="">B. Eksternal:<o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">1.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Intensifikasi dan ekstensifikasi dialog dalam pluralitas, </b>dialog dilaksanakan dalam bentuk aksi bersama selayaknya berlangsung dengan lintas agama, lintas budaya maupun lintas kelompok sebagai mitra dialog dalam mengatasi masalah-masalah bersama yaitu kemanusiaan seperti kemiskinan, keadilan yang merupakan realitas masyarakat <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.<b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Membentuk yayasan sosial dan membantu LSM, </b>tujuan pembentukan yayasan sosial adalah dalam rangka membantu orang yang kurang mampu untuk memperoleh pendidikan yang memadai. Misi Gereja seharusnya juga membantu Lembaga Sosial Masyarakat dalam memperjuangkan tema-tema kemanusiaan, keadilan, advokasi hak-hak rakyat yang lemah yang sejalan dengan misi Kristen.<span style=""> </span><b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">3.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Menciptakan lapangan kerja, </b>membantu menyalurkan dan membekalinya dengan mendidik masyarakat marjinal dengan program siap pakai dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.<b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">4.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Menolong orang agar terhindar dari wabah penyakit disekitarnya, </b>ikut prihatin dengan melaksanakan aksi bersama masyarakat memberantas wabah penyakit menular seperti: wabah demam berdarah, flu burung dan lainnya.<b style=""> </b>Termasuk didalamnya menyadarkan warga masyarakat tentang bahaya penggunaan Obat terlarang (Napza) dan pemahaman tentang bahaya AIDS.<o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">5.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Menjaga kelestarian lingkungan, </b>Gereja memberi pengertian kepada warganya agar mengusahakan kebutuhan sehari-hari dengan bersikap sayang dan ramah kepada lingkungannya, agar tidak terjadi bencana bagi masyarakat akibat pembakaran dan perusakan hutan, pencemaran air maupun udara atau lainnya. <b style=""><o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><span style="">6.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><b style="">Mengapresiasi budaya setempat,</b> Misi yang kontekstual berarti menempatkan diri dalam suatu proses berbudaya, oleh karena itu refleksi penghargaan kita terhadap budaya dalam kehidupan berjemaat dapat dilaksanakan dalm bentuk penggunaan musik Gereja dan pengembangan liturgi dalam suatu bentuk budaya tertentu (setempat). <o:p></o:p></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">3.2.<span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><b style="">Kesimpulan<o:p></o:p></b></span><!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Misi terutama adalah <b style=""><i style="">karya Allah</i></b> dalam dunia ini untuk menyelamatkan dan memelihara ciptaan-Nya. Tempat yang utama untuk melihat karya Allah ini adalah di tengah-tengah orang miskin dan tertindas. Jeritan mereka adalah panggilan Allah kepada Gereja untuk turut memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi mereka. Misi Allah tidak dibatasi<span style=""> </span>dengan misi Gereja yang cenderung untuk memiliki kekuasaan (<i style="">power</i>), kemuliaan (<i style="">glory</i>) dan uang (<i style="">gold</i>). Dewasa ini kehadiran umat Kristiani harus dirasakan dan produktif untuk mewujudkan kerukunan dan kedamaian ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralis sehingga nama Tuhan dipermuliakan (<i style="">bdk Mat 5:16</i>).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Ketika eklusivisme agama Kristen ditolak, maka terbukalah jalan untuk memahami <b style=""><i style="">pluralitas</i></b> agama-agama dengan lebih terbuka, secara metodologis, paradigma pluralisme ini disebut pula teosentrisme (bentuk dari hasil kritik terhadap ekliosentris dan kristosentris). Premis dasar pendekatan teosentris yang dikerjkan para pluralis terletak pada kehendak universal Allah untuk menyelamatkan seluruh manusia. Perjumpaan orang Kristen dalam kehidupan masyarakat pluralis haruslah dilihat bermanfaat bagi pemurnian dan pendewasaan spiritualitas iman Kristen.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-family: trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Kondisi obyektif keagamaan di Indonesia menunjuk pada kenyataan bahwa kebersamaan dalam kepelbagaian adalah satu-satunya corak hidup yang tepat. Misi dalam konteks pluralis adalah Misi rekonsiliasi, mewujud dalam <b style=""><i style="">dialog</i></b> yang perlu dilaksanakan Gereja dalam konteks kemiskinan dan keberagaman. “Dialog” dengan syarat ataupun tanpa syarat, yang dicari adalah menemui manusia, menyatu hati, pikiran jiwa sebagai wujud kesimbangan atau persaudaraan yang asli (<i style="">bdk Flp 2:20; Rom 12:16; Kor 1:10 dll</i>).<o:p></o:p></span></p> <span style="font-family: trebuchet ms;font-size:100%;" ><span style="font-size: 12pt;"><span style=""> </span></span><span style="font-size: 12pt;" lang="SV">Hidup kekristenan adalah hidup yang mengagungkan pemberian diri Kristus dengan cara memberi diri kepada yang lain. Inilah ciri khas iman Kristen yang harus dibawa dalam dialog dan menggambarkan Kristus yang unik sesuai dengan tema <b style=""><i style="">knosis</i></b> yang dikemukakan Paulus dalam <i style="">Filifi 2:6-11</i>. Karena bukankah Misi yang dihadirkan dan diberitakan adalah Misi Kerajaan Allah.</span></span> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]-->
<br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <!--[endif]--> <div style="" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Widi Artanto, <i style="">Menjadi Gereja Missioner Dalam Konteks <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> </i><span style=""> </span>(Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 186.</p> </div> <div style="" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Julius Pour, Toleransi Masyarakat Sudah Lampu Kuning, <i style="">Kompas</i>, 27 Juni 2007, 35.</p> </div> <div style="" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Th Sumartana, Pemikiran Kembali Kristologi untuk Menyongsong Dialog Kristen-Islam di Indonesia. Jurnal Teologi dan Gereja <i style="">Penuntun</i> Vol 4, No 13 (1997/1998), 33.</p> </div> <div style="" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> John Campbell-Nelson. et al editor, <i style="">Mengupayakan Misi Gereja yang Kontekstual. Studi Institut Misiologi Persetia 1992</i> (Jakarta: Persetia, 1995), 167.</p> </div> <div style="" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Widi Artanto, <i style="">Menjadi Gereja Missioner Dalam Konteks <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> </i><span style=""> </span>(Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 58.</p> </div> <div style="" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> J B Banawiratma, Misi, Globalisasi dan Kaum Miskin di Indonesia,<span style=""> </span>Jurnal Teologi <i style="">Proklamasi</i>, Ed 8<span style=""> </span>( 2006), 42.</p> </div> <div style="" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Aristarchus Sukarto, Pemikiran Kembali Kristologi untuk Menyongsong Dialog Kristen-Islam di Indonesia, Jurnal Teologi dan Gereja <i style="">Penuntun</i> Vol 4, No 13 (1997/1998): 23-24.</p> </div> <div style="" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 24.</p> </div> <div style="" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span style=""> </span>Emanuel Gerrit Singgih,. <i style="">Berteologi dalam Konteks</i> (<st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Gunung Mulia, 2000), 161.</p> </div> <div style="" id="ftn10"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[10]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Widi Artanto, <i style="">Menjadi Gereja Missioner Dalam Konteks <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place></i> (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 84-96.</p> </div> <div style="" id="ftn11"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[11]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 23-32.</p> </div> <div style="" id="ftn12"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[12]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>,33</p> </div> <div style="" id="ftn13"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[13]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Ibid, 35-47.</p> </div> <div style="" id="ftn14"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[14]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 49-54.</p> </div> <div style="" id="ftn15"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[15]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 57-81.</p> </div> <div style="" id="ftn16"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[16]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>,107.</p> </div> <div style="" id="ftn17"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[17]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 110.</p> </div> <div style="" id="ftn18"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[18]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> John Campbell-Nelson. et al editor, <i style="">Mengupayakan Misi Gereja yang Kontekstual. Studi Institut Misiologi Persetia 1992</i> (Jakarta: Persetia, 1995), 85-86.</p> </div> <div style="" id="ftn19"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[19]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Widi Artanto, <i style="">Menjadi Gereja Missioner Dalam Konteks <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region></i> (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 113,116.</p> </div> <div style="" id="ftn20"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[20]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> A N Natar, et al editor, <i style="">Teologi Operatif</i> (<st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Gunung Mulia,2003), 14.</p> </div> <div style="" id="ftn21"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[21]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> B F Drewes & J Mojau, <i style="">Apa itu Teologi? </i>( <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Gunung Mulia, 2003), 162-164.</p> </div> <div style="" id="ftn22"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[22]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Joas Adiprasetya, <i style="">Mencari Dasar Bersama: Etik Global dalam Kajian Postmodernisme dan Pluralisme Agama</i> (<st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>: Gunung Mulia, 2002), 2.</p> </div> <div style="" id="ftn23"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[23]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> A N Natar, et al editor, <i style="">Teologi Operatif</i><span style=""> </span>(<st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Gunung Mulia,2003), 42.</p> </div> <div style="" id="ftn24"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[24]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Franz Dahler, A Pluralist Missiology for Contemporary in <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, Jurnal Teologi <i style="">Proklamasi, </i>Ed 8, (2006), 80-82.</p> </div> <div style="" id="ftn25"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[25]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Widi Artanto, <i style="">Menjadi Gereja Missioner Dalam Konteks <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region></i> (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 118.</p> </div> <div style="" id="ftn26"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[26]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid,</i> 55.</p> </div> <div style="" id="ftn27"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[27]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 156-157.</p> </div> <div style="" id="ftn28"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[28]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Frans J Verstralen , <i style="">Christianity in New Key</i> (Zimbabwe : Mambo Press, 1996), 63-64.</p> </div> <div style="" id="ftn29"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[29]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Ioanes Rakhmat, A Pluralist Missiology for Contemporary in <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Jurnal Teologi <i style="">Proklamasi, </i>Ed 8, (2006), 2.</p> </div> <div style="" id="ftn30"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref30" name="_ftn30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[30]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Widi Artanto, <i style="">Menjadi Gereja Missioner Dalam Konteks <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region></i> (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 187-200</p> </div> <div style="" id="ftn31"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[31]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 200-204</p> </div> <div style="" id="ftn32"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[32]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 233-237</p> </div> <div style="" id="ftn33"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[33]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid,</i> 237-241</p> </div> </div>
<br />
<br />by galilean mission<div class="blogger-post-footer">by galilean mission</div>space for the othershttp://www.blogger.com/profile/16973648012926509281noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1704231172967271711.post-43112429746578722242008-02-11T08:38:00.004+07:002008-12-29T22:46:36.591+07:00Makna Hidup<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 200%;font-family:trebuchet ms;" align="center"><span style="font-size:100%;"><b style=""><u><span style="">HIDUP YANG BERMAKNA DI <st1:city st="on">KOTA</st1:city> METROPOLITAN <st1:city st="on"><st1:place st="on">JAKARTA</st1:place></st1:city>:</span></u></b></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 200%;font-family:trebuchet ms;" align="center"><span style="font-size:100%;"><b style=""><u><span style="">HIDUP YANG BERTANGGUNG JAWAB<o:p></o:p></span></u></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Perjalanan <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> kontemporer, dalam era globalisasi telah menghasilkan banyak kontradiksi. Di satu sisi terjadi de-tradisionalisasi dan berkembangnya kosmopolitanisme. Disisi lain menguatkan konservatisme sehingga memicu terjadinya krisis identitas (budaya dan agama) yang melahirkan intimidasi, diskriminasi dan kekerasan.<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> merupakan contoh utama dari gambaran kondisi kehidupan masyarakat sebagaimana disebutkan diatas. Kota dengan julukan <i style="">metropolitan city,</i> bahkan akan menjadi <i style="">megapolitan </i>city ini, memiliki luas daratan sekitar 660 km², didiami oleh hampir 10 juta jiwa penduduk<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> dan kepadatan penduduk saat ini berdasarkan data statistik sudah mencapai lebih dari 13.000 jiwa/km² ( bandingkan dengan kepadatan penduduk yang wajar adalah 1.000 jiwa/km² ). Sebagai Ibukota Negara, <st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city> merupakan pusat pemerintahan sekaligus sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarananya.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:100%;" ><span style=""> </span>Kepadatan penduduk saat ini ternyata bukanlah satu-satunya permasalahan yang dihadapi oleh <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>.<br /><br />Masalah lingkungan seperti pencemaran air sungai, kesulitan pengelolaan limbah dan polusi udara menambah<br /><br />kesan betapa <i style="">sumpeknya</i> hidup di<st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>. Ditambah lagi dengan kekerasan dan beratnya persaingan untuk<br /><br />dapat hidup di Jakarta.</span> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:100%;" ><br /></span> <hr style="height: 3px;font-family:trebuchet ms;font-size:78%;" align="left" width="33%"> <!--[endif]--> <div id="ftn1" style="font-family:trebuchet ms;"> <p class="MsoFootnoteText"><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Maria Hartiningsih, Mencari Jawaban dalam Etnofilsafat, <i style="">Kompas</i>, 24 Agustus 2007, 59</span></p> </div> <div id="ftn2" style="font-family:trebuchet ms;"> <p class="MsoFootnoteText"><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> </span><span style="font-size:100%;">Situs <i style=""><a href="http://bps.jakarta.go.id/"><span style="text-decoration: none;color:black;" >http://bps.jakarta.go.id</span></a>, </i><span style=""> </span>Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2007<br /></span></p><p class="MsoFootnoteText"> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size:100%;"><b style=""><span style="">SUMBER DAN TUJUAN HIDUPKU</span></b></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size:100%;">Hidup manusia secara dasariah terkait dengan YANG LAIN serta malah merupakan pemberian, anugerah, karunia dari YANG LAIN itu. SANG HIDUP itu merupakan asal hidup manusia dan sekaligus arah gerak hidup manusia, Dialah ALLAH. Bahwa menyadari hidup manusia secara keseluruhan dan pada dasarnya mempunyai makna maka arti seluruh tindakan manusia diukur menurut kadar, sejauh mana tindakan itu semakin ataukah kurang mendekatkan manusia pada SANG MAKNA UTAMA. Manusia memerlukan kemampuan untuk mendengarkan sampai kepada lubuk hati yang mendalam, yaitu suatu suara hati menuju kesempurnaan.<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Kesempurnaan yang menjadi tujuan akhir manusia adalah ketika melekat dan menyatu dengan-Nya. Ditengah bermacam-macamnya dorongan, keinginan, memang tidak mudah menangkap KEHENDAK ALLAH maupun SABDANYA. Oleh karena itu perjalanan hidup ini dijalankan dengan sadar oleh manusia melalui proses mencari dan mencari…. Orang berkata bahwa jika orang mencari, ia hanya akan melihat hal-hal yang ia cari. Itu berarti dia merasa tertarik, terpikat dan dipanggil oleh ALLAH yang ESA. Ia mencari karena hendak mengejar suatu tujuan. Dan hanya tujuan itu yang terus membayang-bayangi hidupnya. Hanya dengan bebas dan menemukan, manusia bisa merasakan kepenuhan yang datang menghampirinya dengan berlimpah-limpah. Oleh karena itu perjalanan hidup manusia dapat dikatakan peziarah tanpa melakukan ziarah itu sendiri, sebagaimana <b style=""><i style="">Gabriel Marcel</i></b> pernah menulis buku dengan judul <i style="">Homo Viator</i> ( manusia di perjalanan ), rumusan sederhana tentang manusia pada konkretnya. Hidup adalah perjalanan. Manusia berjalan, tidak melarikan diri. Ia bejalan karena percaya pada hidup dan arah gerakannya.<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Kepercayaan pada hidup, dan pada potensi-potensi perkembangan yang ada didalamnya merupakan suatu “<i style="">transedensi kedepan</i>”. Sebab hidup memiliki potensi untuk mengatasi diri. Percaya pada potensi-potensi itu, itulah pengharapan, pada dasarnya pengharapan adalah filsafat hidup, dinamika hidup yang menggerakkan diri sendiri. Pusat pengharapan adalah kepribadian manusia, dan itu berarti keterbukaan total. Juga terhadap maut, manusia tetap dapat membuka diri untuk masa depan, harapan akan masa depan yang lebih baik. Maka itu berarti juga bahwa manusia percaya pada YANG TAK TERBATAS oleh dunia ini.<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>ALLAH itu sungguh ESA. Dia pemberi hidup kita semua. Dia sama-sama BAPA bagi umat seluruh dunia. Kesadaran manusia akan makna hidupnya yang sejati menggerakkan hati nurani, yang tersentuh oleh pesan-pesan WAHYU ILAHI, telah menumbuhkan Agama. Kesadaran agama yang matang, mendalam dan dewasa, memberikan peran penting sebagai pejuang semangat kemanusiaan. <i style="">Kemanusiaan yang lahir dari kesadaran religius adalah kemanusiaan yang benar-benar diyakini, yang benar-benar kuat motivasinya. Bagi manusia yang bersangkutan, kemanusiaan itu merupakan panggilan hidup</i>. Memeluk Agama secara dewasa membawa kewajiban untuk mencari dengan <i style="">aktif </i>mengembangkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ajaran agama itu, agar “manusia ber-TUHAN” tidak menjadi pemeluk agama dengan sikap yang sempit, fanatik dan munafik. <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span>Aku memiliki keyakinan iman, YESUS KRISTUS adalah seorang yang sangat menghayati persatuannya dengan alam, dengan sesama serta terus menerus berkembang dalam hal itu semua dan dalam hubungan dengan YANG ILAHI. Dia diimani sebagai TUHAN. Bagi Dia, ALLAH sungguh kuasa, dalam hubungan yang mesra sekali, maka dari itu disebutnya BAPA. YESUS KRISTUS adalah ALLAH yang masuk kedalam kemanusiaan dengan seluruh budi dan daya ciptanya. Dialah ALLAH, yang hadir dalam kebudayaan manusia. Ia juga sebagai TELADAN sehingga dilihat oleh pengikut-pengikut-Nya sebagai dasar, isi dan tujuan hidup mereka seutuhnya, sampai membudaya, dalam kekristenan. <i style="">Oleh karena itu manusia untuk menuju pemenuhan hidup, mencapai puncak makna hidupnya, dan menjadi sempurna adalah bagaimana manusia bersatu dengan sumber dan tujuan akhir hidupnya, bersatu dengan YANG ILAHI</i>.<a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[4]</span></span></span></span></a></span></p> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]--><!--[endif]--> <div style="" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> BS Mardiatmadja SJ, <i style="">Dasar-Dasar Hidup Religius</i>: <i style="">Panggilan Hidup Manusia</i> ( Jogyakarta : Kanisius, 1993), 73-79</span></p> </div> <div style="" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText"><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Tom Jacobs, Musafir dalam Batin, Majalah <i style="">Basis, </i>No 09-10, (2007), 3,4</span></p> </div> <div style="" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText"><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i style="">Ibid</i>, 6</span></p> </div> <div style="" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText"><span style="font-size:100%;"><a style="" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1704231172967271711&postID=4311242974657872224#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> BS Mardiatmadja SJ, <i style="">Dasar-Dasar Hidup Religius</i>: <i style="">Panggilan Hidup Manusia</i> ( Jogyakarta : Kanisius, 1993), 85</span></p> </div> </div> <p class="MsoFootnoteText"> </p> </div><span style="font-size:100%;"><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span><br /></div><div class="blogger-post-footer">by galilean mission</div>space for the othershttp://www.blogger.com/profile/16973648012926509281noreply@blogger.com0